AskINSPIRE: Di Mana Tuhan dalam Kegagalanku?
Ada curhatan yang masuk ke INSPIRE:
Sebelum aku membuka pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017, aku merasa hatiku gelisah, padahal aku sudah berdoa, berusaha, dan menyerahkan segalanya kepada-Nya. Dengan semua rasa itu, aku membuka pengumuman tersebut, dan hasilnya.. GAGAL.
Aku gagal, aku kalah. Ini bukan kegagalan yang pertama kalinya, tetapi sudah untuk yang ketiga kalinya. Kakak tahu betapa sakitnya? Aku sekarang bertanya-tanya, di mana Tuhan itu? Di mana? Kenapa Dia nggak melakukan mukjizat-Nya? Di mana semua janji-Nya? Banyak di luar sana yang kurang berusaha, tetapi berhasil. Sedangkan aku? Kenapa aku dikalahkan? Aku lelah! Lelah bernovena Tiga Salam Maria, Novena Roh Kudus, doa Rosario, lelah belajar sampai pagi. Kata orang, doa novena itu punya kuasa, katanya selalu dikabulkan. Mana, Kak? Semua nihil hasilnya.
Sekarang, dengan bantuan orang-orang di sekitarku, aku mencoba bangkit kembali. Bangkit dari keterpurukan. Namun, begitu sulit, aku nggak tahu mau melangkah ke mana. Semuanya seperti buntu. Aku mencoba jalan yang lain, entah apakah aku akan berhasil atau tidak. Aku nggak ngerti harus minta petunjuk sama siapa, harus percaya sama siapa? Aku lelah. Aku benar-benar lelah. Hidupku seperti berjalan di atas duri.
Sekarang, aku begitu jauh dari-Nya. Sangat jauh. Aku sudah berniat tidak ke gereja. Aku tidak pernah berdoa lagi, kapanpun itu. Kadang aku berpikir, aku ingin kembali ke jalan-Nya, tapi saat itu pula aku kembali mengingat betapa jahatnya Dia.
Jadi, aku harus bagaimana? Mohon jawabannya, Kak.
Terima kasih.
—
Jujur saja, membaca sharing-mu ini, muncul sekian banyak “I wish” dalam benak saya. I wish saya punya tongkat ajaib yang bisa mengubah situasi kegagalan ini menjadi seperti yang kamu inginkan. I wish saya bisa membuatmu tiba-tiba bersemangat lagi. I wish saya bisa memberi resep mujarab yang membuatmu tak pernah ragu lagi. Kenyataannya, saya tidak bisa melakukan itu semua untukmu.
- Pusatkan perhatian dan energi pada apa yang ada. Saya terus mengingatkan diri saya untuk memusatkan perhatian dan energi saya pada “apa yang ada,” bukan pada “apa yang tidak ada.” Memusatkan perhatian pada apa yang tidak ada atau pada permohonan yang tidak dijawab akan membuat saya makin terpuruk. Dengan memusatkan perhatian pada apa yang ada, saya pelan-pelan bisa melihat adanya banyak kemungkinan baru.
- Hentikan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Saya terus mengingatkan diri saya untuk tidak membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain, atau, tidak membanding-bandingkan perlakuan Tuhan terhadap saya dan perlakuan Tuhan terhadap orang lain. Ini akan membuat saya makin terjebak dalam dugaan-dugaan yang semakin suram. Saya perlu terus mengingatkan diri saya, bahwa saya bukan mereka, dan mereka bukan saya. Dengan itu, saya semakin berani untuk menjadi diri saya sepenuhnya.
- Temukan hal yang masih bisa dilakukan. Saya mencoba menemukan apa yang sebenarnya masih bisa saya lakukan, dan apa yang sebenarnya justru bisa saya lakukan dengan lebih baik setelah adanya penolakan, kegagalan, atau keterpurukan ini. Saya akhirnya menyadari, bahwa obsesi saya pada apa yang ingin saya capai nun jauh di sana membuat saya tidak lagi mengenali potensi diri apa yang selama ini terabaikan.
One comment on “AskINSPIRE: Di Mana Tuhan dalam Kegagalanku?”