Bila Cinta Harus Memilih
Bila cinta harus memilih. Eaaa.. Itu judul sebuah film, sebuah lagu, dan entah berapa banyak puisi dan curhatan orang di buku harian atau di blog. Sementara itu, para pengikut Yesus kerap gembar-gembor tentang ajaran cinta kasih. Orang luar kerap mengatakan bahwa cinta kasih adalah ciri orang Kristiani. Jika “Bila Cinta Harus Memilih” berlaku juga dalam ajaran cinta kasih Yesus, maka pertanyaannya: apa pilihan yang ada?
Ada banyak hal yang bisa diomongin tentang cinta kasih Kristiani. Namun, ada satu ayat yang rasanya hari-hari ini perlu kita dengar lagi secara jujur. Yesus bilang gini, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Mat. 7:12). Bukan cuma itu, Yesus langsung menyambungnya dengan lebih tegas lagi, “Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Rumusan dalam bentuk larangan berbunyi demikian, “Jangan lakukan terhadap orang lain apa yang tidak kamu kehendaki agar orang melakukannya terhadapmu.” Prinsip ini sering disebut sebagai “Hukum Emas” atau The Golden Rule.
Hukum Emas
Nah, jika Bila Cinta Harus Memilih berlaku di sini juga, pilihannya jelas. Dalam tiap pilihan tindakan yang kita buat, kita harus berani secara jujur bertanya: “Kalau aku melakukan ini, apakah ini juga yang aku kehendaki supaya orang melakukannya terhadapku?” Kalau aku bercuap-cuap nyinyir tentang orang lain, meskipun dengan gaya santun, apakah aku juga berharap agar orang bercuap-cuap nyinyir tentang diriku? Kalau aku memaki-maki orang yang beragama atau beretnis berbeda dariku, apakah aku juga berharap orang lain memaki-maki aku karena agama dan etnisku berbeda darinya? Jika aku nggak suka digosipin, aku nggak akan ikut dalam ajang gosip asyik di grup WA-ku. Jika aku nggak suka fotoku di FB dikomentarin yang jelek-jelek, ya aku nggak ngomentarin foto orang di FB. Kalau berharap dikasih jalan, ya harus ngasih jalan.
Sayangnya, cara bertindak kita masih sangat jauh dari prinsip Hukum Emas. Kita mudah menghakimi, menyetankan, menerakakan orang yang berbeda dari kita, tetapi kita langsung naik darah kalau ada orang yang menghakimi, menyetankan, menerakakan kita.
Benar, inilah artinya Bila Cinta Harus Memilih buat kita. Bahkan, kita harus terus ingetin diri kita, bahwa CINTA MEMANG HARUS SELALU MEMILIH.
Prinsip ini disebut sebagai Hukum Emas, karena prinsip ini melatih kita untuk melaksanakan hukum cinta kasih dengan selalu mencoba menempatkan diri kita dalam posisi orang lain. Ini cinta kasih yang paling praktis, lewat berbagai latihan di mana kita bisa put ourselves in their shoes (kalau diterjemahin secara bebas, kira-kira gini: coba deh rasain gimana rasanya pakai sepatu tuh orang, sebelum kamu sendiri menilai gimana orang itu berjalan).
Ada orang bertanya pada seorang bijak, “Kapankah malam berakhir?” Jawabannya: “Ketika kamu bisa melihat orang lain sebagai saudara atau saudarimu sendiri.” Selama kita belum bisa melihat bahwa setiap manusia punya martabat yang sama dan harus dihormati secara sama, kita masih terjebak dalam gelap. Selama kita belum melihat bahwa kita disatukan dengan sesama manusia dalam satu keluarga besar manusia, kita masih terpenjara dalam kegelapan.
Cinta harus selalu memilih. Pilihlah untuk terus melihat orang lain sebagai saudari dan saudaramu sendiri sesama manusia. Dengan itu, masing-masing dari kita bisa dengan tulus berujar (kekeuh!) “Saya Indonesia! Saya Pancasila!“